Klub Bisnis Internet Berorientasi Action

Sabtu, 26 September 2009

MENUJU DARUSSALAM

Dalam diri setiap manusia kebahagian merupakan keinginan setiap manusia. Kebahagian dalam segi material maupun dalam segi spiritual. Kebahagian dalam segi material adalah terpenuhinya kebutuhan dalam hal sandang, pangan, papan (tempat tinggal), kesehatan, keamanan dan lain sebagainya. Kebahagian dalam segi spiritual merupakan kebahagian dalam hal aqidah manusia atau dalam hal ketenangan jiwa.

Kebahagian identik dengan suatu keadaan yang sejahtera, kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan. Tidak adanya suatu kondisi yang sengsara, kegagalan, kekalahan dan kehinaan. Tidak adanya kemiskinan, legalitas perzinahan, kemerosotan moral/ kemanusian manusia. Manusia dapat dengan tenang hidup dengan tanpa adanya kekhawatiran, kecemasan dan ketidak adilan yang akan menimpa dirinya. Ia akan merasa tenang dan puas dengan perasaan yang aman dan tidak takut adanya perlakuan zolim yang akan menimpa dirinya. Keadaan yang demikian bagi sebagian orang hanya tercipta dalam kehidupan di akhirat sana, keadaan eskatologis (Kehidupan setelah mati).

Darussalam, bagi sebagian pemahaman orang adalah suatu tempat yang berada di dalam kehidupan setelah manusia mati, suatu tempat yang bukan di bumi, suatu tempat yang entah dimana keberadaannya. Dan dengan gambaran yang demikian manusia di ”dikte” untuk menggapainya.
Qs. Yunus (10): 25 =
“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)].”

Arti kalimat darussalam ialah: tempat yang penuh kedamaian dan keselamatan. Dar = tempat, teritori, wilayah. Sallam = satu akar kata dengan kata Islam, yang berarti selamat, taat. Dalam ayat tersebut, Allah menyeru manusia di dunia dari sejak adam sampai manusia sekarang untuk menuju ke tempat yang penuh berkah, keselamatan, kedamaian, ketaatan. Dimana?? Penerjemah Qur’an memberi makna ”surga” (tempat setelah orang mati). Benarkah hanya demikian maknanya???

Kita lihat dari asbabul nuzul turunnya ayat tersebut, kita tahu bahwa ayat itu turun kepada Nabi Muhammad selaku seorang Rosul. Allah memerintahkan Nabi sebagai seorang manusia untuk menuju kepada darussalam, kepada suatu tempat yang memiliki tatanan kehidupan yang penuh dengan keselamatan, berkah. Bagaimana caranya?? Dilanjutkan dalam kata berikutnya dalam ayat tersebut, yaitu dengan cara kamu berada pada shirotol mustaqiem. Jadi dengan kamu (Muhammad) berada pada shorritol mustaqim, kamu akan mencapai tempat yang Aku seru, yakni Darussalam. Oleh sebab itu, pernyataan Nabi dalam Qs. Al- An’aam: 161 mengatakan = "Sesungguhnya Aku Telah ditunjuki oleh Robbku kepada jalan yang lurus (shirotol mustaqim), (yaitu) dien yang benar, millah (ajaran) Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik".

So...kalau kita ingin menuju kepada darussalam, tempat yang penuh dengan keselamatan, kedamaian sehingga diri kita pun akan merasakan selamat, damai, dan sejahtera. Kita harus meniti shirotol mustaqim, kalau darussalam yang dipahami adalah suatu tempat gambaran eskatologis, kehidupan antah berantah (yang belum tahu dimana) maka pemahaman tentang shirotol mustaqiem tersebut berkisar tentang suatu jembatan yang lurus, terbentang di atas api yang membara dimana bahan jembatan tersebut adalah sehelai rambut yang dibelah tujuh. Bisa bayangin????

Tentu bisa ya. Tapi kalau itu memang bener ada nantinya, masih berharap kamu bisa dapetin itu darussalam???? GO TO HELL aja dech lo,,hehehehe.... tidak dengan dibelah saja kamu tidak bakalan mampu untuk melewatinya, tidak dibelah saja dengan jarak 1 meter itu rambut gak keliatan. Nah ini pake dibelah?? Pake apa??? Ngomong-ngomong ini rambut, rambutnya sapa???? Suatu gambaran khayalan tingkat tinggi ya???? Tidak logis. Kasihan otak manusia tidak dipake, nganggur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar