Klub Bisnis Internet Berorientasi Action

Selasa, 17 November 2009

GOD SPOT

Kalo dalam bahasa indonesia hasil transliterasi "google terjemah" artinya dewa spot, kalau dari struktur kata, God= Tuhan, spot= titik.

namun saat saya mengikuti kuliah,,tidak dibahas dan bahkan dosennya sendiri kurang memahami makna dari God spot itu...

akhrinya, saya searching.....dan inilah yang nanti akan saya sheringkan dan akan saya tumpahkan seluruh pemahaman yang saya dapat....

Danah Zohar dari Harvard University dan Ian Marshall dari Oxford University penggagas dari god spot yang kemudian dibuktikan secara ilmiah oleh Michael Persinger awal 1990-an dan oleh VS Rama Chandran dan tim-nya dari California University. God Spot sudah built-in sebagai pusat spiritual yang terletak pada jaringan syaraf otak.

Dimana letak God Spot???

Ramachandran, dalam penelitiannya mengatakan bahwa God Spot terletak di antara hubungan syaraf dalam cuping-cuping temporal otak, melalui pengamatan terhadap otak dengan topografi emisi, posisi pada daerah syaraf tersebut akan bersinar apabila subyek penelitian diarahkan untuk mendiskusikan spriritual atau agama. Reaksinya berbeda-beda dan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. (orang barat menyebut God, Islam menyebut Allah, dan lain-lain), aktifitas cuping temporal ini selama bertahun-tahun dikaitkan dengan penampakan mistis para penderita epilepsi dan pengguna obat LSD. jadi menurut Ramachandran, God Spot tersebut berfungsi untuk melihat hal-hal mistis (gaib).

Dimana itu cuping-cuping temporal otak???



dapat dilihat di gambar kalo cuping temporal otak berada pada otak Tengah (Hipotalamus),dengan demikian God spot untuk merasakan sesuatu berdasar keinginan yang ada pada diri kita, karena fungsi otak tengah adalah mengatur hormon, hasrat seksual, emosi, makan, minum, suhu tubuh, keseimbangan kimiawi, tidur dan bangun, sekaligus mengatur kelenjar utama dari otak (kelenjar pituitari). Hipotalamus adalah bagian otak yang memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak, misalnya kapan kita lapar. dengan demikian, apabila letak godspot berada pada otak tengah, maka benar apabila pemahaman mengenai Tuhan (God) yang manusia pahami sekarang ini hanya berdasar dari sudut pandang manusia bukan dari sudut pandang Tuhan itu sendiri..

Namun, Prof. Dr. Hamdani Anwar mengatakan bahwa God spot adalah salah satu bagian dari otak yang berperan dalam “mencerna” hal-hal yang bersifat gaib. Dan ini erat kaitannya dengan suatu kecerdasan spiritual.

agusset menyebutkan bahwa kecerdasan spiritual ini berkaitan dengan ditiupkannya Ruh pada jabang bayi, tujuannya untuk berikrar mengakui akan keberadaan dan ke-esa-an Allah. Hanya saja, berpindah dari alam ruh ke alam nyata (dunia) menjadikan ruh manusia “lupa” untuk mengingat apa yang sudah dikrarkannya tersebut.

kembali kepada pemahaman bahwa, God Spot adalah suatu titik yang terletak dalam otak manusia untuk mencari sisi spiritual yang harus manusia tuju. maka kalau kita mengacu kepada sisi spirital manusia. God Spot adalah suatu titik di dalam otak manusia yang mampu untuk menggerakkan manusia supaya dapat selaras dengan kemauanNya, sesuai dengan sifat-sifatNya yang rahman dan rohim. sehingga fungsi manusia sebagai seorang pengganti Allah di muka bumi dapat benar-benar terwujud.

Bagaimana caranya???

Sabtu, 17 Oktober 2009

BERBEDA-BEDA TETAP SATU JUA

Syaloom, Salam sejahtera, Assalamu’alaikum

3 kata dengan makna yang sama, tetapi mampu untuk menjadi alat pemisah umat
manusia. Perbedaan hanya terletak pada bahasa, antara bahasa Ibrani, Indonesia, dan Arab.
Persamaan makna seperti apa??? Syaloom artinya Keselamatan (mengandung unsur
kesejahteraan jasmani maupun rohani), Salam Sejahtera (mengandung unsur kesejahteraan
dari segi jasmani maupun rohani yang akhirnya menimbulkan kehidupan yang penuh berkah
dan keselamatan), Assalamu’alaikum (juga mengandung makna keselamatan dan
kesejahteraan).

Ditunjukan kepada siapa kata tersebut??? Kepada umat hasil binaan Rasululloh, umat
yang sudah mengikuti seruan Rosul dengan benar. Sesuai dengan visi dan misi nya, yakni
sebagai Rahmat (berkah) bagi semesta Alam. Di ceritakan zaman Nabi Isa bahwa negeri
Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia
dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatangpendatang
dari Roma, adalah hasil perluasan visi dan misi dari Rosul Isa untuk mewujudkan
Rahmat bagi semesta Alam sesuai dengan tujuan diutusnya Rosul Isa dimana menurut
pemahaman orang bahwa Rosul Isa ajarannya hanya diperuntukan bagi bangsa Bani Israil
saja.

Kembali kepada 3 kata di atas yang memiliki makna yang sama tetapi mampu
menciptakan suatu perpecahan umat manusia sehingga menimbulkan suatu kekacuan dalam
pola kehidupan mereka. Kenapa bisa menimbulkan perpecahan sehingga menimbulkan suatu
sekte-sekte pemahaman sendiri-sendiri??? Tentu saja jawabannya karena apa yang mereka
dapat tidak paham dengan makna dan kegunaannya. Sama seperti ada 3 orang yang lain
daerah, menyebut satu wujud buah yang sama dengan 3 bahasa yang berbeda. Orang Jawa
menyebut ”Gedhang”, orang Jakarta menyebut ”Pisang”, dan orang sunda bilang ”cau”.
Kemudian dengan penyebutan yang berbeda tersebut mereka jadi berantem bahkan saling
bunuh-membunuh, masing-masing tidak terima dengan apa yang mereka sebutkan. Nah,
Yang bodoh siapa?? Jawabannya tentu saja bukan yang bikin tulisan ini. Tetapi yang percaya
cerita ini, hehehe....

Kalau cerita ini bener, yang bodoh adalah mereka bertiga dunk. Berarti masingmasing
mereka tidak paham dengan benda yang dipegangnya itu. Kekacauan yang terjadi di
antara para pemeluk ”agama” salah satu sebabnya karena para penganut agama itu tidak
paham dengan apa yang mereka yakini, hanya menelan mentah-mentah pemahaman yang
dogmatis, irasional dan cenderung ke arah mistis. Hanya karena takut dengan ancaman, kalau
tidak percaya dengan pemahaman ini NERAKA. Bagaimana tidak takut, yang nyampein aja
udah fasih, sekolahnya jauh diseberang sana (bahkan langsung dipusat diturunkannya),
gelarnya juga sudah panjang (sampai-sampai di KTP tidak muat), ditambah lagi mereka
menyampaikannya laksana sudah pernah ke NERAKA. Hahahaha......

Baiklah, mari kita pahami tentang salam ucapan ini. Saya memiliki pengalaman dalam
hal salam. Ketika saya berbicara di telepon, saya mengucapkan salam sejahtera sebagai
ungkapan pembukan. Kemudian setelah saya selesai berbincang dengan teman saya melalui
telepon tadi, saya ditanya oleh teman saya yang kebetulan mendengarkan percakapan saya
tersebut. Apa yang dipertanyakan?? Teman saya tersebut mempertanyakan perihal ”salam”,
dia tanya: salam kamu itu kok ”keren” ya, kamu agamanya apa??? Terus teman kamu (yang
sedang berbincang dengan saya via telepon) agamanya apa?? Saya jawab: emang kenapa bro??
Ada yang salah?? Dengan pengucapan Salam sejahtera tersebut saya berkeinginan
mensejahterakan orang-orang dekat saya dan orang-orang yang saya temui. Kemudian teman
saya mengatakan lagi: oww.... baru tahu saya.

Jadi, apa yang dipikirkan teman saya ini dengan mengatakan kepada saya, apa sich
agama kamu?? Kenapa salamnya seperti itu?? Ini adalah suatu bentuk pertanyaan yang
dikarenakan ia (teman saya) tidak paham tentang makna daripada ucapan salam,
Assalamu’alaikum, syaloom, salam sejahtera....

Teman saya mengira, jika Assalamu’alaikum hanya boleh dikhususkan
pengucapannya oleh orang yang ber”agama” Islam, agama lain tidak berwenang untuk
mengucapkannya, karena kata ini sudah jadi ”hak milik”/ legalitasnya agama Islam. Seperti
yang sudah saya katakan sebelumnya, bahwa ini hanya perihal bahasa saja. Jangan kita
mengklaim bahwa ”ini” hanya milik agama ini, ini bukan milik agama kamu, dan sebagainya.
Sehingga manusia seakan terkotak-kotak menjadi suatu manusia yang seakan-akan
berkeyakinan bahwa Tuhan tiap-tiap manusia itu berbeda. Kalau Tuhan kamu itu Alloh,
Tuhan kamu Allah, dan Tuhan kamu Yahweh. Tiap Tuhan memiliki kebijakan yang berbedabeda,
kalau Yahweh itu khusus untuk orang yang berkeyakinan agama yahudi, Allah itu
untuk yang berkeyakinan agama Nasrani (kristen/katolik), sedangkan Alloh itu untuk orang
yang berkeyakinan agama Islam.

Oleh karena itulah, saya memilih untuk tidak sepaham dengan mereka perihal hal ini.
Saya berkeyakinan, Tuhan manusia itu ya satu, yakni Tuhannya para Nabi dan Rosul,
Tuhannya Alam semesta, Allah yang satu Allah Abraham. Bukan Tuhannya orang yang
mengaku beragama Nasrani, bukan Tuhannya orang yang mengaku beragama Yahudi dan
juga bukan Tuhannya orang yang mengaku beragama Islam (yang sekarang malahan
cenderung kepada perilaku Arabisme). Tuhan mereka bertiga tidaklah sama dengan
Tuhannya Allah Abraham. Tuhannya Allah Abraham selalu memerintahkan kepada kita
untuk selalu berpegang teguh kepada kalimat yang tidak akan menimbulkan suatu
perselisihan (Kalimatan Sawaa), bahwa tidak ada yang kita Abdi selain Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatu apapun, serta tidak ada yang akan kita jadikan selain-Nya
sebagai yang kita taati.

Inilah Akidah/ iman/ mindset/ pola pikir yang harus ditanamkan pada setiap diri
manusia. Karena Allahnya satu, seharusnya apa yang menjadi ketetapan bagi setiap manusia
itu pun satu. Perpecahan yang terjadi sekarang ini kami katakan lagi merupakan hasil
(produk) dari ketidakpahaman manusia terhadap visi dan misi yang dibawa oleh para Nabi
dan Rosul. Kasihaannnn.....lanjut nanti kepada pembahasan tentang visi dan misi para Rosul.

Sabtu, 26 September 2009

ISLAM IS MY LIFE, TETAPI KENAPA DI TUDUH TERORIS???

Kembali terulang peristiwa memilukan yang merenggut nyawa. Peledakan BOM kembali terjadi dan menjadi dasar acuan bahwa ini adalah tindakan yang mengatasnamakan “agama” (red. Agama Islam). Mereka (para pembesar) menyatakan bahwa kejadian ini adalah di latar belakangi oleh tindakan sebagian oknum yang bergerak di bawah kendali dan komando yang berpegang kepada makna jihad untuk menentang pemerintahan yang ada sekarang ini, yang pada akhirnya akan menjadikan bangsa yang tercinta ini mengalami kekacauan yang sangat besar seperti kekacuan yang terjadi di negeri seberang sana.

Islam kembali mendapat sorotan dari khalayak global dan regional tentang hakikat kekerasan yang menjadi acuan kaum oknum tertentu untuk melakukan tindakan terorisme. Islam kembali tercoreng dengan kembali terangkatnya slogan ISLAM IS TERORIS yang pernah didengungkan beberapa tahun lalu. Orang yang di KTP tertulis beragama Islam, berjenggot tebal dan memakai pakaian gamis mendapatkan perlakuan khusus dan mendapat penjagaan ketat.

Lalu apa tindakan kita sebagai orang-orang yang menyatakan kebanggaannya menjadi seorang MUSLIM??? Berdiam diri dengan tanpa berbuat apa-apa karena kondisi saksiah (pribadi) saudara sekalian sudah merasa aman, tenang, dan keenakan dengan pikiran “yang penting saya dapat makan, masa bodo dengan urusan yang lainnya, buat apa ngurusin urusan orang lain.” Kalau itu yang saudara pikirkan, maka urusan yang ada sekarang ini, slogan ISLAM IS TERORIS tidak akan pudar, tujuan (visi dan misi) dari Islam yakni sebagai rahmatin lil alamin hanya sebatas tulisan di atas kertas. Atau saudara sendiri tidak mengerti tentang makna daripada Islam, jangan-jangan hanya untuk merasa bangga-banggaan saja.

Maka di sini saya sekedar sharing kepada para sahabat sekalian dan sebagai sarana kita untuk saling mengingatkan. Dimana saya akan mengangkat tentang makna dari pada Islam itu sendiri.

Secara bahasa, Islam satu akar kata dengan kata aslama, yang artinya berserah diri[1]. Dimana makna dari berserah diri ini adalah pe”lambang”an daripada sikap tunduk patuh terhadap ketentuan-ketentuan, ketetapan-ketetapan yang diundangkan Allah kepada dirinya. Dimana pe”lambang”an ke-berserah diri-an tersebut ditunjukan kepada alam semesta (apa-apa yang ada di langit dan bumi), Islam juga satu akar kata dengan kata aslim, artinya tunduk patuh[2]. Jadi, Muslim adalah seseorang yang tunduk patuh dan berserah diri kepada sistem hukum Allah, sehingga predikat ini dapat dialamatkan kepada siapa dan apa saja yang aslama (berserah diri) atau aslim (tunduk patuh) kepada hukum-Nya. Islam adalah nama dari din Allah yang memuat seperangkat ajaran dan aturan hukum yang dijadikan sebagai landasan pengabdian kepada-Nya. Namun, istilah Muslim sering kali dikebiri hanya sebatas dialamatkan kepada mereka yang beragama Islam, padahal istilah Islam dan Muslim sudah ada jauh sebelum kenabian Muhammad saw. Boleh jadi, seseorang beragama Islam secara formal, namun dia tidak termasuk orang yang Muslim karena dia tidak taat pada aturan hukum Allah.[3]

Berbicara mengenai hukum Allah (undang-undang Allah), maka tidak lepas dari Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah suatu hukum yang apabila ditegakkan/ dijalankan oleh aparat hukum dengan ”benar” akan membawa kepada bentuk model kehidupan yang penuh dengan berkah, keadilan, kemanusian yang adil dan beradab, dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Namun, alangkah disesalkan dengan perlakuan manusia pada saat sekarang ini yang mengkerdilkan makna dan fungsi dari Al-Qur’an tersebut. Bukan hanya orang-orang diluar agama Islam, tetapi justru kebanyakan dilakukan oleh orang-orang yang merasa dirinya bangga terhadap ke-Islamannya. Orang-orang yang sudah menyatakan iman kepada Al-Qur’an sebagai hukum bagi manusia.

Seharusnya mereka sadar tentang akibat dari sikap mereka, manakala mereka sudah menyatakan keimanannya terhadap Al-Qur’an sebagai hukum Allah, tetapi dalam kehidupannya tidak berdasarkan hukum-hukum Allah, itu adalah suatu tindakan syirik, tindakan menduakan Allah[4], suatu tindakan yang sangat Allah tidak senangi dan sangat Allah murkai sehingga tidak akan mendapat ampun bagi para pelakunya, sehingga kebaikan apapun yang orang tersebut perbuat, akan bermakna ”kosong” di hadapan-Nya.[5]

Melihat ayat-ayat yang tersebut di atas, sebenarnya sudah banyak diketahui oleh sebagian khalayak, dan respon dari masing-masing khalayak tersebut pun bermacam-macam. Mulai dari yang acuh tak acuh dan tetap saja menyampaikan hal-hal yang justru hanya semakin memupuk sikap kemusyikan tadi, menyampaikan buaian-buaian angin surgawi supaya umat Islam semakin terlena dengan kemusyrikannya sehingga semakin jauh untuk kembali kepada jalan-Nya, karena yang mereka pupuk adalah sikap tamak dan materilisme serta individualisme, umat Islam semakin tidak peduli dengan nasib saudaranya sendiri, berbuat baik hanya karena mengharapkan mendapat kebaikan 10 kali lipat (ada udang di balik kerupuk), dan yang paling ekstrim dan masuk dalam nominasi paling atas pada saat sekarang ini adalah dengan tindakan melakukan teror, membuat kegaduhan dan menimbulkan kecemasan bagi manusia lain. Sungguh-sungguh terlalu.


[1] Qs. Ali-Imran: 83
[2] Qs. Al- Baqarah: 131
[3] Mahful M Hawary, Teologi Abraham
[4] Qs. An- Nisaa: 60
[5] Qs. An- Nisaa: 116, lihat juga di Qs. An-Nisaa: 48 dan Qs. Al- An’am: 88

MENUJU DARUSSALAM (2)

Kata shirotol mustaqiem juga terdapat dalam surat Al-fatihah ”Tunjukilah kami jalan yang lurus (shirotol mustaqiem)”. Dalam surat ini, makna atau pemahaman tentang shirotol mustaqiem adalah jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Lain tidak dengan pemahaman yang saya sebutkan di atas, atau pemahaman yang sudah kamu anut??? Memang lain, karena ini adalah pemahaman yang bersumber dari suatu kebenaran (Al-Qur’an), kalau yang lain dari itu meneketehe dech sumbernya darimana. Mari kita bahas tentang pemahaman yang dari al-Qur’an ini. Karena pemahaman yang sebelumnya khan sudah tidak perlu dibahas lagi alias sudah ada kesimpulannya.

Dikatakan tentang shirotol mustaqim tadi bahwa ia merupakan suatu jalan yang dulu pernah di tapaki oleh orang-orang yang telah Allah berikan nikmat. Siapa??? yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, para syahidin, dan orang-orang saleh. (Qs. An-Nisaa: 69). Jadi berbicara mengenai shirotol mustaqim, adalah jalan yang ditapaki di dunia, di kehidupan orang yang masih hidup; bukan kehidupan setelah mati. Mereka (Nabi-nabi, para shiddiiqiin, para syahidin, dan orang-orang saleh.) telah menapaki jalan yang lurus tersebut di dunia (semasa hidupnya) guna mewujudkan (menuju) darussalam seperti seruan Allah dalam surat Yunus. Karena shirotol mustaqiem tersebut di jalani di dunia, maka darussalam yang mereka cita-citakan juga merupakan suatu tempat, teritori di dunia.

Pada zaman perjuangan Nabi Muhammad, darussalam yang dimaksud adalah Madinah al-Munawarah atau lebih terkenal dengan sistem kekhalifahannya. Zaman Nabi Musa dan Isa, disebut dengan Tanah Perjanjian/ Kan’an/ Palestina (Yerussalem; sama dengan kata Darussalam; Yer = tempat, teritori; salem = keselamatan, kedamaian). Benarkah kekhalifahan/ sistem pemerintahan yang dibangun atau diperjuangkan Rosul tersebut mampu menciptakan kondisi yang penuh dengan berkah??? Khan kamu-kamu semua (termasuk saya) juga belum hidup ketika darussalam tersebut itu ada. Bagaimana cara kita dapat membuktikannya??? Apa menciptakan dulu Doraemon, trus pinjem mesin waktunya yach??? Mustahilll..... lantas gimana kita membuktikannya???

Atau kamu bisa jawab atau langsung berkesimpulan kalau Rosul bukan memperjuangkan kondisi/ tempat yang berkah di dunia, tetapi di akhirat (masih kekeh dengan pendapat bahwa darussalam yang dimaksud adalah “surga”). Kalau gitu, ngapain ada pernyataan dari Allah “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. Pasti jawabannya bukan iseng khan??? Jawabannya memang karena Rosul dahulu berhasil menciptakan kondisi yang Rahmat bagi manusia dan bagi seluruh Alam juga. Tidak ada lagi warga yang busung lapar, seseorang mati di bawah kolong jembatan negara tetangga jauh, tidak ada lagi yang mencuri karena alasan untuk menyambung hidup (sesuap nasi), tidak ada lagi bapak bunuh anak, anak bunuh bapak, bapak bunuh bapak dan kondisi keterpurukan moral lainnya, misalnya anak perkosa ibunya, bapak perkosa anaknya, anak diperkosa bapaknya, ibu diperkosa anaknya, nenek diperkosa cucunya, cucu memperkosa neneknya....banyak banget khan??? Trus dengan kondis rahmat bagi semesta alam, tidak ada lagi bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi yang memakan korban jutaan, bahkan triliunan manusia dan makhluk hidup lainnya. Ada juga penyakit H1N1 (flu babi), flu burung.

Ketika Darussalam terwujud, maka begini pernyataan dari Allah: Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. (Qs. Fushshilat: 31). Pernyataan Allah kalau kita nanti di dunia akan mendapatkan apa yang ingin kita minta, bukan hanya di akhirat saja. Pengen gali tanah untuk dapetin gas, dapetnya pasti gas. Pengen gali sumur untuk dapetin air, dapetnya juga air. Bukan pengennya gali tanah untuk dapetin gas malah yang di dapet lumpur, pengen gali sumur untuk dapetin air malahan yang di dapet gas metan yang berbahaya, pengen kasih uang pada rakyatnya supaya bisa makan yang terjadi malahan pada mati berdesak-desakan, pengen menciptakan ATM kondom supaya AIDS tidak meraja lela yang terjadi malahan pada bunting semua para gadis.

MENUJU DARUSSALAM

Dalam diri setiap manusia kebahagian merupakan keinginan setiap manusia. Kebahagian dalam segi material maupun dalam segi spiritual. Kebahagian dalam segi material adalah terpenuhinya kebutuhan dalam hal sandang, pangan, papan (tempat tinggal), kesehatan, keamanan dan lain sebagainya. Kebahagian dalam segi spiritual merupakan kebahagian dalam hal aqidah manusia atau dalam hal ketenangan jiwa.

Kebahagian identik dengan suatu keadaan yang sejahtera, kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan. Tidak adanya suatu kondisi yang sengsara, kegagalan, kekalahan dan kehinaan. Tidak adanya kemiskinan, legalitas perzinahan, kemerosotan moral/ kemanusian manusia. Manusia dapat dengan tenang hidup dengan tanpa adanya kekhawatiran, kecemasan dan ketidak adilan yang akan menimpa dirinya. Ia akan merasa tenang dan puas dengan perasaan yang aman dan tidak takut adanya perlakuan zolim yang akan menimpa dirinya. Keadaan yang demikian bagi sebagian orang hanya tercipta dalam kehidupan di akhirat sana, keadaan eskatologis (Kehidupan setelah mati).

Darussalam, bagi sebagian pemahaman orang adalah suatu tempat yang berada di dalam kehidupan setelah manusia mati, suatu tempat yang bukan di bumi, suatu tempat yang entah dimana keberadaannya. Dan dengan gambaran yang demikian manusia di ”dikte” untuk menggapainya.
Qs. Yunus (10): 25 =
“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)].”

Arti kalimat darussalam ialah: tempat yang penuh kedamaian dan keselamatan. Dar = tempat, teritori, wilayah. Sallam = satu akar kata dengan kata Islam, yang berarti selamat, taat. Dalam ayat tersebut, Allah menyeru manusia di dunia dari sejak adam sampai manusia sekarang untuk menuju ke tempat yang penuh berkah, keselamatan, kedamaian, ketaatan. Dimana?? Penerjemah Qur’an memberi makna ”surga” (tempat setelah orang mati). Benarkah hanya demikian maknanya???

Kita lihat dari asbabul nuzul turunnya ayat tersebut, kita tahu bahwa ayat itu turun kepada Nabi Muhammad selaku seorang Rosul. Allah memerintahkan Nabi sebagai seorang manusia untuk menuju kepada darussalam, kepada suatu tempat yang memiliki tatanan kehidupan yang penuh dengan keselamatan, berkah. Bagaimana caranya?? Dilanjutkan dalam kata berikutnya dalam ayat tersebut, yaitu dengan cara kamu berada pada shirotol mustaqiem. Jadi dengan kamu (Muhammad) berada pada shorritol mustaqim, kamu akan mencapai tempat yang Aku seru, yakni Darussalam. Oleh sebab itu, pernyataan Nabi dalam Qs. Al- An’aam: 161 mengatakan = "Sesungguhnya Aku Telah ditunjuki oleh Robbku kepada jalan yang lurus (shirotol mustaqim), (yaitu) dien yang benar, millah (ajaran) Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik".

So...kalau kita ingin menuju kepada darussalam, tempat yang penuh dengan keselamatan, kedamaian sehingga diri kita pun akan merasakan selamat, damai, dan sejahtera. Kita harus meniti shirotol mustaqim, kalau darussalam yang dipahami adalah suatu tempat gambaran eskatologis, kehidupan antah berantah (yang belum tahu dimana) maka pemahaman tentang shirotol mustaqiem tersebut berkisar tentang suatu jembatan yang lurus, terbentang di atas api yang membara dimana bahan jembatan tersebut adalah sehelai rambut yang dibelah tujuh. Bisa bayangin????

Tentu bisa ya. Tapi kalau itu memang bener ada nantinya, masih berharap kamu bisa dapetin itu darussalam???? GO TO HELL aja dech lo,,hehehehe.... tidak dengan dibelah saja kamu tidak bakalan mampu untuk melewatinya, tidak dibelah saja dengan jarak 1 meter itu rambut gak keliatan. Nah ini pake dibelah?? Pake apa??? Ngomong-ngomong ini rambut, rambutnya sapa???? Suatu gambaran khayalan tingkat tinggi ya???? Tidak logis. Kasihan otak manusia tidak dipake, nganggur.