Klub Bisnis Internet Berorientasi Action

Sabtu, 26 September 2009

ISLAM IS MY LIFE, TETAPI KENAPA DI TUDUH TERORIS???

Kembali terulang peristiwa memilukan yang merenggut nyawa. Peledakan BOM kembali terjadi dan menjadi dasar acuan bahwa ini adalah tindakan yang mengatasnamakan “agama” (red. Agama Islam). Mereka (para pembesar) menyatakan bahwa kejadian ini adalah di latar belakangi oleh tindakan sebagian oknum yang bergerak di bawah kendali dan komando yang berpegang kepada makna jihad untuk menentang pemerintahan yang ada sekarang ini, yang pada akhirnya akan menjadikan bangsa yang tercinta ini mengalami kekacauan yang sangat besar seperti kekacuan yang terjadi di negeri seberang sana.

Islam kembali mendapat sorotan dari khalayak global dan regional tentang hakikat kekerasan yang menjadi acuan kaum oknum tertentu untuk melakukan tindakan terorisme. Islam kembali tercoreng dengan kembali terangkatnya slogan ISLAM IS TERORIS yang pernah didengungkan beberapa tahun lalu. Orang yang di KTP tertulis beragama Islam, berjenggot tebal dan memakai pakaian gamis mendapatkan perlakuan khusus dan mendapat penjagaan ketat.

Lalu apa tindakan kita sebagai orang-orang yang menyatakan kebanggaannya menjadi seorang MUSLIM??? Berdiam diri dengan tanpa berbuat apa-apa karena kondisi saksiah (pribadi) saudara sekalian sudah merasa aman, tenang, dan keenakan dengan pikiran “yang penting saya dapat makan, masa bodo dengan urusan yang lainnya, buat apa ngurusin urusan orang lain.” Kalau itu yang saudara pikirkan, maka urusan yang ada sekarang ini, slogan ISLAM IS TERORIS tidak akan pudar, tujuan (visi dan misi) dari Islam yakni sebagai rahmatin lil alamin hanya sebatas tulisan di atas kertas. Atau saudara sendiri tidak mengerti tentang makna daripada Islam, jangan-jangan hanya untuk merasa bangga-banggaan saja.

Maka di sini saya sekedar sharing kepada para sahabat sekalian dan sebagai sarana kita untuk saling mengingatkan. Dimana saya akan mengangkat tentang makna dari pada Islam itu sendiri.

Secara bahasa, Islam satu akar kata dengan kata aslama, yang artinya berserah diri[1]. Dimana makna dari berserah diri ini adalah pe”lambang”an daripada sikap tunduk patuh terhadap ketentuan-ketentuan, ketetapan-ketetapan yang diundangkan Allah kepada dirinya. Dimana pe”lambang”an ke-berserah diri-an tersebut ditunjukan kepada alam semesta (apa-apa yang ada di langit dan bumi), Islam juga satu akar kata dengan kata aslim, artinya tunduk patuh[2]. Jadi, Muslim adalah seseorang yang tunduk patuh dan berserah diri kepada sistem hukum Allah, sehingga predikat ini dapat dialamatkan kepada siapa dan apa saja yang aslama (berserah diri) atau aslim (tunduk patuh) kepada hukum-Nya. Islam adalah nama dari din Allah yang memuat seperangkat ajaran dan aturan hukum yang dijadikan sebagai landasan pengabdian kepada-Nya. Namun, istilah Muslim sering kali dikebiri hanya sebatas dialamatkan kepada mereka yang beragama Islam, padahal istilah Islam dan Muslim sudah ada jauh sebelum kenabian Muhammad saw. Boleh jadi, seseorang beragama Islam secara formal, namun dia tidak termasuk orang yang Muslim karena dia tidak taat pada aturan hukum Allah.[3]

Berbicara mengenai hukum Allah (undang-undang Allah), maka tidak lepas dari Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah suatu hukum yang apabila ditegakkan/ dijalankan oleh aparat hukum dengan ”benar” akan membawa kepada bentuk model kehidupan yang penuh dengan berkah, keadilan, kemanusian yang adil dan beradab, dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Namun, alangkah disesalkan dengan perlakuan manusia pada saat sekarang ini yang mengkerdilkan makna dan fungsi dari Al-Qur’an tersebut. Bukan hanya orang-orang diluar agama Islam, tetapi justru kebanyakan dilakukan oleh orang-orang yang merasa dirinya bangga terhadap ke-Islamannya. Orang-orang yang sudah menyatakan iman kepada Al-Qur’an sebagai hukum bagi manusia.

Seharusnya mereka sadar tentang akibat dari sikap mereka, manakala mereka sudah menyatakan keimanannya terhadap Al-Qur’an sebagai hukum Allah, tetapi dalam kehidupannya tidak berdasarkan hukum-hukum Allah, itu adalah suatu tindakan syirik, tindakan menduakan Allah[4], suatu tindakan yang sangat Allah tidak senangi dan sangat Allah murkai sehingga tidak akan mendapat ampun bagi para pelakunya, sehingga kebaikan apapun yang orang tersebut perbuat, akan bermakna ”kosong” di hadapan-Nya.[5]

Melihat ayat-ayat yang tersebut di atas, sebenarnya sudah banyak diketahui oleh sebagian khalayak, dan respon dari masing-masing khalayak tersebut pun bermacam-macam. Mulai dari yang acuh tak acuh dan tetap saja menyampaikan hal-hal yang justru hanya semakin memupuk sikap kemusyikan tadi, menyampaikan buaian-buaian angin surgawi supaya umat Islam semakin terlena dengan kemusyrikannya sehingga semakin jauh untuk kembali kepada jalan-Nya, karena yang mereka pupuk adalah sikap tamak dan materilisme serta individualisme, umat Islam semakin tidak peduli dengan nasib saudaranya sendiri, berbuat baik hanya karena mengharapkan mendapat kebaikan 10 kali lipat (ada udang di balik kerupuk), dan yang paling ekstrim dan masuk dalam nominasi paling atas pada saat sekarang ini adalah dengan tindakan melakukan teror, membuat kegaduhan dan menimbulkan kecemasan bagi manusia lain. Sungguh-sungguh terlalu.


[1] Qs. Ali-Imran: 83
[2] Qs. Al- Baqarah: 131
[3] Mahful M Hawary, Teologi Abraham
[4] Qs. An- Nisaa: 60
[5] Qs. An- Nisaa: 116, lihat juga di Qs. An-Nisaa: 48 dan Qs. Al- An’am: 88

Tidak ada komentar:

Posting Komentar