Klub Bisnis Internet Berorientasi Action

Sabtu, 17 Oktober 2009

BERBEDA-BEDA TETAP SATU JUA

Syaloom, Salam sejahtera, Assalamu’alaikum

3 kata dengan makna yang sama, tetapi mampu untuk menjadi alat pemisah umat
manusia. Perbedaan hanya terletak pada bahasa, antara bahasa Ibrani, Indonesia, dan Arab.
Persamaan makna seperti apa??? Syaloom artinya Keselamatan (mengandung unsur
kesejahteraan jasmani maupun rohani), Salam Sejahtera (mengandung unsur kesejahteraan
dari segi jasmani maupun rohani yang akhirnya menimbulkan kehidupan yang penuh berkah
dan keselamatan), Assalamu’alaikum (juga mengandung makna keselamatan dan
kesejahteraan).

Ditunjukan kepada siapa kata tersebut??? Kepada umat hasil binaan Rasululloh, umat
yang sudah mengikuti seruan Rosul dengan benar. Sesuai dengan visi dan misi nya, yakni
sebagai Rahmat (berkah) bagi semesta Alam. Di ceritakan zaman Nabi Isa bahwa negeri
Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia
dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatangpendatang
dari Roma, adalah hasil perluasan visi dan misi dari Rosul Isa untuk mewujudkan
Rahmat bagi semesta Alam sesuai dengan tujuan diutusnya Rosul Isa dimana menurut
pemahaman orang bahwa Rosul Isa ajarannya hanya diperuntukan bagi bangsa Bani Israil
saja.

Kembali kepada 3 kata di atas yang memiliki makna yang sama tetapi mampu
menciptakan suatu perpecahan umat manusia sehingga menimbulkan suatu kekacuan dalam
pola kehidupan mereka. Kenapa bisa menimbulkan perpecahan sehingga menimbulkan suatu
sekte-sekte pemahaman sendiri-sendiri??? Tentu saja jawabannya karena apa yang mereka
dapat tidak paham dengan makna dan kegunaannya. Sama seperti ada 3 orang yang lain
daerah, menyebut satu wujud buah yang sama dengan 3 bahasa yang berbeda. Orang Jawa
menyebut ”Gedhang”, orang Jakarta menyebut ”Pisang”, dan orang sunda bilang ”cau”.
Kemudian dengan penyebutan yang berbeda tersebut mereka jadi berantem bahkan saling
bunuh-membunuh, masing-masing tidak terima dengan apa yang mereka sebutkan. Nah,
Yang bodoh siapa?? Jawabannya tentu saja bukan yang bikin tulisan ini. Tetapi yang percaya
cerita ini, hehehe....

Kalau cerita ini bener, yang bodoh adalah mereka bertiga dunk. Berarti masingmasing
mereka tidak paham dengan benda yang dipegangnya itu. Kekacauan yang terjadi di
antara para pemeluk ”agama” salah satu sebabnya karena para penganut agama itu tidak
paham dengan apa yang mereka yakini, hanya menelan mentah-mentah pemahaman yang
dogmatis, irasional dan cenderung ke arah mistis. Hanya karena takut dengan ancaman, kalau
tidak percaya dengan pemahaman ini NERAKA. Bagaimana tidak takut, yang nyampein aja
udah fasih, sekolahnya jauh diseberang sana (bahkan langsung dipusat diturunkannya),
gelarnya juga sudah panjang (sampai-sampai di KTP tidak muat), ditambah lagi mereka
menyampaikannya laksana sudah pernah ke NERAKA. Hahahaha......

Baiklah, mari kita pahami tentang salam ucapan ini. Saya memiliki pengalaman dalam
hal salam. Ketika saya berbicara di telepon, saya mengucapkan salam sejahtera sebagai
ungkapan pembukan. Kemudian setelah saya selesai berbincang dengan teman saya melalui
telepon tadi, saya ditanya oleh teman saya yang kebetulan mendengarkan percakapan saya
tersebut. Apa yang dipertanyakan?? Teman saya tersebut mempertanyakan perihal ”salam”,
dia tanya: salam kamu itu kok ”keren” ya, kamu agamanya apa??? Terus teman kamu (yang
sedang berbincang dengan saya via telepon) agamanya apa?? Saya jawab: emang kenapa bro??
Ada yang salah?? Dengan pengucapan Salam sejahtera tersebut saya berkeinginan
mensejahterakan orang-orang dekat saya dan orang-orang yang saya temui. Kemudian teman
saya mengatakan lagi: oww.... baru tahu saya.

Jadi, apa yang dipikirkan teman saya ini dengan mengatakan kepada saya, apa sich
agama kamu?? Kenapa salamnya seperti itu?? Ini adalah suatu bentuk pertanyaan yang
dikarenakan ia (teman saya) tidak paham tentang makna daripada ucapan salam,
Assalamu’alaikum, syaloom, salam sejahtera....

Teman saya mengira, jika Assalamu’alaikum hanya boleh dikhususkan
pengucapannya oleh orang yang ber”agama” Islam, agama lain tidak berwenang untuk
mengucapkannya, karena kata ini sudah jadi ”hak milik”/ legalitasnya agama Islam. Seperti
yang sudah saya katakan sebelumnya, bahwa ini hanya perihal bahasa saja. Jangan kita
mengklaim bahwa ”ini” hanya milik agama ini, ini bukan milik agama kamu, dan sebagainya.
Sehingga manusia seakan terkotak-kotak menjadi suatu manusia yang seakan-akan
berkeyakinan bahwa Tuhan tiap-tiap manusia itu berbeda. Kalau Tuhan kamu itu Alloh,
Tuhan kamu Allah, dan Tuhan kamu Yahweh. Tiap Tuhan memiliki kebijakan yang berbedabeda,
kalau Yahweh itu khusus untuk orang yang berkeyakinan agama yahudi, Allah itu
untuk yang berkeyakinan agama Nasrani (kristen/katolik), sedangkan Alloh itu untuk orang
yang berkeyakinan agama Islam.

Oleh karena itulah, saya memilih untuk tidak sepaham dengan mereka perihal hal ini.
Saya berkeyakinan, Tuhan manusia itu ya satu, yakni Tuhannya para Nabi dan Rosul,
Tuhannya Alam semesta, Allah yang satu Allah Abraham. Bukan Tuhannya orang yang
mengaku beragama Nasrani, bukan Tuhannya orang yang mengaku beragama Yahudi dan
juga bukan Tuhannya orang yang mengaku beragama Islam (yang sekarang malahan
cenderung kepada perilaku Arabisme). Tuhan mereka bertiga tidaklah sama dengan
Tuhannya Allah Abraham. Tuhannya Allah Abraham selalu memerintahkan kepada kita
untuk selalu berpegang teguh kepada kalimat yang tidak akan menimbulkan suatu
perselisihan (Kalimatan Sawaa), bahwa tidak ada yang kita Abdi selain Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatu apapun, serta tidak ada yang akan kita jadikan selain-Nya
sebagai yang kita taati.

Inilah Akidah/ iman/ mindset/ pola pikir yang harus ditanamkan pada setiap diri
manusia. Karena Allahnya satu, seharusnya apa yang menjadi ketetapan bagi setiap manusia
itu pun satu. Perpecahan yang terjadi sekarang ini kami katakan lagi merupakan hasil
(produk) dari ketidakpahaman manusia terhadap visi dan misi yang dibawa oleh para Nabi
dan Rosul. Kasihaannnn.....lanjut nanti kepada pembahasan tentang visi dan misi para Rosul.